Bertepatan dengan rampungnya terjemahan buku Satipatthana: Jalan Langsung ke Tujuan oleh tim Potowa Center, diadakan tiga acara berbagi Dharma dimana Upasaka Salim Lee memberikan ulasan dan persektif mengenai ajaran Satipatthana. Rangkaian acara berbagi Dharma ini diadakan di tiga tempat yang berbeda, yakni 25-26 Apr di Hotel Abadi Suite, Jambi; 28 Apr di Taman Anggrek (bedah buku atas kerja sama dengan Yayasan Karaniya); dan 29 Apr di Prasadha Jinarakhita.
Jambi (25-26 Apr, 2012)
Bedah Buku di Taman Anggrek (28 Apr, 2012)
Prasadha Jinarakhita (29 Apr, 2012)
Buku yang berjudul asli “Satipatthana: The Direct Path to Realization” adalah karya Bhikkhu Analayo. Bhante Analayo dilahirkan tahun 1962 di Jerman dan ditahbiskan tahun 1995 di Sri Lanka. Buku Selain bersumber dari koleksi Pali (yakni Majjhima Nikaya dan Digha Nikaya), ternyata ajaran tentang Satipatthana juga dilestarikan dalam versi bahasa Cina, terutama dalam Madhyama Agama dan Ekottara Agama. Yang menarik dari hasil analisa Bhante Analayo adalah bahwa meskipun versi bahasa Cina ditulis beberapa ratus tahun kemudian setelah versi Pali, setelah dibandingkan ternyata banyak kesamaan di antara sumber-sumber tersebut.
Secara umum, kerangka Satipatthana dimulai dengan mengontemplasikan objek yang lebih ketara, yaitu tubuh kemudian sensasi (vedana) hingga ke objek yang semakin halus yakni citta dan dharma (pengalaman). Bila dijalankan dengan baik dan tepat, dikatakan Satipatthana adalah “jalan langsung” (ekayanomaggo) ke tujuan yakni pembebasan.
Meskipun banyak sekali istilah Pali yang digunakan, acara berbagi Dharma ini dibawakan dengan menarik dan jelas, didukung oleh gambar ilustrasi yang ditampilkan dalam setiap slide powerpoint yang sangat mewakili makna yang dimaksud sehingga pendengar dapat menghubungkan ajaran tersebut dengan kehidupannya sehari-hari.
Mudah-mudahan dengan terbitnya buku ini beserta ulasan yang diberikan, kita dapat memperoleh manfaat dari ajaran Buddha yang terkenal ini. Agar kita senantiasa hidup dalam sati, DI SINI dan SEKARANG.
Sebagaimana disimpulkan di akhir sesi, hendaknya kita senantiasa mengecek “Apa pun yang kita lakukan, apakah itu membawa dukkha (dukkha samudaya) atau mengakhiri dukkha (dukkha nirodha)?”
Terima kasih.
Potowa Center
|
KEMBALI |